Asslamualaikum wr.wb....
Teman-teman, saudara(i) seperjuanganku, hidup itu penuh dengan kisah yang tak kan terhenti hingga nafas ini berhenti. Kisah adalah rangkaian kejadian yang penuh dengan makna, penuh dengan pelajaran dan penuh dengan hikmah. Sepintar-pintar manusia adalah yang selalu mengambil pelajaran dalam setiap kisah hidupnya. Nah..kawan-kawan sekalian mari kita melihat sebuah kisah yang dialami sahabat PPL saya, yang mungkin dapat menjadi inspirasi tuk kita..........!!!!
November 2006
Udara pagi begitu menusuk
kulitku, membuatku mendekap erat guling kesanyanganku dan bersembunyi dibalik
selimut, mentari baru saja menampakkan dirinya, embun pagi masih bertengger di
daunan. Sebuah suara membangunkanku.
“bangun nak, sudah pagi…. Kamu
kan mau ke bontang pagi ini” ujar ibuku mencoba membangunkanku.
Kubuka mataku, kulihat jam sudah
menunjukkan pukul 06:00
“mmm… ” sahutku seraya
mengucek-ngucek mataku dan bersungut- sungut ke kamar mandi.
Pagi ini, aku memang ingin pulang
ke Bontang, tempatku sekolah. Disana aku berasrama, semacam boarding school,
aku hanya sesekali pulang ke kampung orang tuaku yaitu saat idul fitri dan idul
adha , dan sekarang aku pulang untuk merayakan idul fitri bersama mereka
sekaligus untuk melepas rindu.
“sarapan dulu sayang,nanti kamu
mabuk di jalan” ujar ibuku sambil menyendokkan nasi goreng ke piring.
“males ahhh… aku sudah rapi nihh”
sahutku menimpali.
Kusambar tas pakaianku dan
menggamit tangannya dan menciumnya.
“assalamualaikum”
“waalaikumsalam, hati2 nak..”
ujar ibuku seraya melambaikan tangannya.
Aku tidak pergi sendiri, ada ayah
yang menemaniku, anak gadis tidak boleh pergi sendiri, kata ayahku. Meski jarak
dari kampungku ke Bontang tidak terbilang jauh, ayah tidak pernah membiarkanku
pergi sendiri, mungkin karna aku anak satu2nya perempuan, aku merasa terkadang
perhatian keluargaku terlalu berlebihan, tapi biarlah, toh itu karna mereka
sayang padaku.
Aku bungsu dari empat bersaudara,
ketiga kakakku semuanya laki2, meski begitu, aku tidak pernah kesepian jika
bermain, kakak2ku selalu menemaniku bermain, termasuk bermain tali. Saat ini
aku berumur 16 tahun, dan duduk dibangku kelas 2 SMA.
“mama kenapa ngikut? Tinggal
dirumah aja..” tukasku kasar saat di perjalanan kulihat ibuku mengikutiku dari
belakang.
“iya, mama Cuma mau liat kamu
pergi, pergi aja, tidak usah hiraukan mama” ujar ibuku lemah
“hihh.. pulang sana..” omelku.
Lagian ada2 aja, kenapa
mengikutiku seperti itu, bulan depan aku juga bakal pulang lagi. Dari kejauhan
kulihat ibuku melambaikan tangan, kubalas lambaiannya, dan bergegas masuk ke
mobil.
Akhir Desember 2006
Hari raya idul adha tinggal
sehari, tapi aku belum memutuskan untuk pulang ke kampung, aku ingin
merayakannya di Bontang saja, kebetulan ayahku punya sanak family yang tinggal
di Bontang, kuputuskan ke rumahnya saja. Akhirnya aku benar2 tidak pulang. Ku
ingat ibuku menelfon saat aku pulang dari shalat ied.
“kamu tidak pulang nak?” tanya
ibuku
“tidak, aku mau di sini saja, di
rumah ka ifah” sahutku
“jadi, kukirimkan kamu makanan
nak?” tanya ibuku lagi
“terserah” jawabku malas
“ohh, kalau begitu mama kirimkan
ayam goreng kesukaanmu ya…besok bapakmu ke bontang” ujar ibuku
“ya” jawabku sekenanya
Esok harinya ayahku benar2
datang, kulihat bungkusan yang dibawanya, ayam goreng yang sudah dingin,
kuambil dan kusimpan dalam tasku, hari itupun aku kembali ke asrama.
“eh, ka dea, mana oleh2nya?”
tanya adik yuniorku
“ada di tas, ambil saja semuanya”
jawabku
Ia pun mengambilnya,
“beneran nih semuanya, ” ujarnya
tak percaya
“ya” sahutku
“makasih ka, kayanya enak nih”
ujarnya senang
Ia memang tetap tinggal di
asrama, karena kampung halamannya yang sangat jauh, tidak memungkinkannya untuk
pulang.
Januari 2007
Kulangkahkan kakiku dengan
sedikit malas, entah kenapa perasaanku seperti tidak tenang hari ini, aku
bersiap ke sekolah saat ku dengar temanku mamanggilku
“dea, kakakmu datang tuh…”
katanya
“hah, kok bisa sepagi ini kakakku
datang” ujarku heran
Tidak biasanya kakakku datang
mengunjungiku sepagi ini, walau begitu aku tetap menghampirinya.
“de, siap2… kita pulang ke
kampung” perintah kakakku dengan tergesa
“kenapa pulang? Aku mau sekolah”
tukasku degan heran
“mama sekarat tau….” Ucap kakakku
sedikit membentak
“hih, sembarangan kalau bicara”
jawabku marah
“beneran, tadi bapak telepon aku,
katanya mama sekarat dari tadi malam” ucap kakakku dengan mata berkaca-kaca
Entah apa yang kurasakan
sekarang, tak sadar aku sudah duduk di motor kakakku, aku bingung, di dalam
hati aku berharap semoga ibulu hanya sakit biasa. Ibuku memang Pernah sakit,
struk, tapi sudah sembuh, bahkan dia terlihat sangat sehat saat aku
meninggalkannya dulu. Aku dan kakakku memang tinggal di Bontang, aku sekolah
sedang dia bekerja di sebuah perusaan.
Diperjalanan entah apa yang
difikirkan kakakku, aku tahu ia juga shock, ia mengendarai motor bagai orang
kesurupan, tapi aku hanya diam, dikepalaku berkecamuk berbagai pertanyaan, apa
sebenarnya yang terjadi.
Saat memasuki perkampungan, tiba2
ban belakang motor kakakku tergelincir, kami terjatuh, kakiku tertindis motor,
segera kakakku menghampiriku.
“kamu tidak apa2 de?” tanya
kakakku khawatir
“tidak” jawabku singkat
“syukurlah…. Kakak khawatir
kakimu kenapa2, maaf ya de, kakak rasanya tidak sadar” ujar kakakku penuh
penyesalan
“ya” ujarku
“kamu tidak usah khawatir , mama
pasti baik2 aja” ucap kakakku mencoba menenangkanku
Meskipun ia mengatakan seperti
itu raut wajahnya jelas menggambarkan kalau ia pun khawatir , namun aku tetap
mengangguk.
Sesampai dipekarangan rumah,
keherananku bertambah, mengapa orang berkumpul di rumahku, kulihat sebagian
dari mereka memahat kayu, sebagian menyiapkan air, aku segera berlari memasuki
rumah, dan di depan pintu kulihat tubuh terbujur kaku tertutup kain panjang
milik ibuku, badanku tiba2 melemah, aku terjatuh tak sadarkan diri.
Kubuka mataku, dan kulihat banyak
orang mengelilingiku, ayah memangku kepalaku, rupanya tadi aku pingsan. Belum
pulih ingatanku atas apa yang terjadi, kulihat tubuh yang terbungkus itu, aku
seperti mengenal tubuh itu, kubuka kain yang menutupinya. Yaaa Allah, apakah
ini kenyataan? Semoga ini hanya mimpi, tolong bangunkan aku ya Allah, aku tidak
menginginkan mimpi buruk ini, mengapa ini bisa terjadi, innalillahi wainna
ilaihi rajiuuuunnn….
Ibuku, apa benar ini engkau?
Kuusap wajah ibuku yang kaku, lengannya mengeras, rupanya ibuku baru meninggal
satu jam sebelum aku tiba, aku shock,
Kepergiannya begitu menyakitkan,
kuingat apa yang telah kuperbuat, kuhardik ia yang membuntutiku, kuabaikan kebaikannya,
bahkan aku tidak mencicipi masakan terakhirnya, aku menyesal. Kini hanya
tinggal wajah yang kaku dan pucat yang kulihat, maafkan aku ibu.
Oktober 2012
Kini genap lima tahun kepergian
ibuku, dan aku begitu merindukannya. Ingin kutulis surat untuknya, aku ingin
bercerita, betapa aku tidak bahagia sekarang, tiada pelukannya yang
menenangkanku, tiada yang memanjakanku, penyesalan selalu di akhir, dulu aku
tidak pernah bersyukur memiliki keluarga, ayah, ibu dan saudara, tapi kini aku
mengerti betapa berharganya keluaga itu, dan sekarang aku bagaikan burung,
sebelah sayapku patah dan yang sebelah rapuh tak berfungsi, aku tidak bisa
terbang, aku hanya merangkak dan terseok-seok.
NB: pembaca,pernahkah
anda memeluk ayah ibu kalian dan mengucapkan terima kasih karena sudah
melahirkan kalian? Sering2 lah
mengucapkan “I love you” pada mereka, jangan Cuma tersimpan dalam hati, dulu
aku tidak pernah mengucapkan kata2 itu karena tidak terbiasa, bahkan meminta
maaf saja jarang, sekarang aku ingin mengucapkannya tapi ia sudah tiada.